Wednesday, January 16, 2008

Luapan

Gombal

DALAM perjalanan hidupku sampai saat ini, aku telah dua kali dibilang "gombal!" Entah apa alasan orang itu, tapi yang jelas saat itu aku langsung tak terima di ngatain begitu. Lha wong, di mana-mana aku ini suka serius kok, masa sih ada-ada saja yang masih tega ngatain ngegombal.

Soal janji, pasti aku selalu tepati. Minta ini dan itu, juga aku kasih. Terus mau ini dan ono aku juga aku usahakan. Yah, saat ini aku tengah berusaha bertanggungjawablah atas semua tindakan yang telah ku pilih. Karena aku ingin menjadi orang dewasa. Ya...itu, orang yang sadar akan pilihan dan ucapannya sehingga dia mau bertanggungjawab dengan tindakan. Makanya wajar-wajar saja kan? Bila aku merasa dienyek! Dihina! Dan disakiti waktu dikatain, "Alah...kamu pagi-pagi kok sudah gombal!"

Tentang dua orang yang bilang aku gombal itu, pastinya dia adalah cewek. Yup! Wanita yang tak percaya dengan omonganku. Lantas, apa omonganku itu? Huhuhuhu...rayuankah? Apakah dia ragu? Berlebihankah? Padahal aku juga pasti ngomong begini kok, "Maaf bila berlebihan". Jadi, mengapa cewek itu masih tega ngatain diriku ini dengan kata gombal?

O ya, aku jadi ingat kata-kata gombal seorang cewek yang sedang didekati cowok di sebuah halte. Waktu itu si cowok itu ngomong begini:

"Mba, boleh kenalan? Aku Joni,"
"Boleh saja mas, aku Sisi."
"Mba, kok sendiri saja? Gak ada yang nemenin nih?"
"Iya sendiri!"
"Boleh ditemenin? Gak ada yang marahkan?"
"Boleh saja!"
"Makasih mba. Orang kayak mba ini kasihan jalan sendiri. Takut diapa-apain.
Soalnya manis sih!"
"Halah gombal! Biasa saja kali...."

Mendengar kata-kata cewek itu, aku langsung ngakak. Duh, kasihan banget tuh cowok. Tapi, pertanyaannya, berlebihankah kata-kata cowok itu? Kayaknya biasa saja deh. Maksud dia mungkin juga bagus. Memuji si cewek dan membuat dia tersanjung. Namun, masalahnya, apakah cewek itu terima dengan sanjungan itu? Pujian itu? Semua omong kosong itu?

***

BICARA soal gombal, saya jadi ingat kata-kata yang sering dikatakan ibu. Dia adalah orang Jawa tulen. Setiap habis mencuci baju, dia dulu pasti nyuruh saya, "Le...angkatin gombalane!" Gombal menurut arti Ibuku adalah baju. Barang ini punya manfaat penting. Harus dijaga. Dirawat. Dibersihkan. Baik itu gombal anyar (baru) atau bodol (lama). Pokoke, gombalane!

Tapi ada pula, Bapakku yang juga suka ngomel-ngomel saat bener-bener kecewa dengan perkataan," Dasar gombal mokio amoh!" Nah, gombal dalam arti bapakku ini adalah kain bodol yang tak terpakai lagi dan teramat menjijikan. Mungkin bentuknya sudah compang-camping, lebih hina dari kain srebet sekalipun. Sudah bau, tak manfaat lagi. Ngotor-ngotorin saja. Yah, seperti sampah begitu.

Nah, soal perkataan gombal dari si cewek itu, mungkin sama artinya dengan difinisi si Bapak. Bukan dari Ibu. Yang jelas, cewek itu pasti kesal dan merasa dikibuli. Atau, takut akan dikibuli makanya buru-buru mengeluarkan jurus gombal andalannya.

Namun, coba ditelusuri mengapa orang suka mengatakan gombal? Dan, mengapa pula ada orang yang sehari-harinya dikatain gombal terus? Ini dia yang menarik.

Bagi orang yang suka mengatakan gombal, tentu tak lepas karena dia sering digombalin. Terlalu sering dikibulin sehingga jadi kebal dan muak dengan kata-kata berbau gombal. Sementara, untuk orang yang suka dikatain gombal, mungkin karena dia terlalu terbiasa mengatakan hal-hal berbau kibal-kibul, gombal-gambel sama siapapun. Terutama lawan jenis.

Tetapi, baik yang ngatain dan dikatain itu ada sebuah persamaan, keduanya sama-sama hidup dalam dunia gombal! Sama seperti perjabat yang suka ngegombal. Jual-jual kecap manis. Janji sana-sini. Jilat-jilatan sampe klimis. Sehingga jadi bodol dan akhirnya seperti gombal milik ibu yang tak pernah diangkat dari jemuran. Kena panas dan hujan. Makanya jadi gombal mokio amoooooohhh!!! Hahahaha....Mabok deh! Digombalin terus!

Beruntung aku kini sadar dan tak mau lagi-lagi hidup dan deket-deket sama dunia gombal. Baik itu dengan tukang si penggombal atau yang suka ngatain aku ini gombal. Dan, bagi dua cewek itu, sungguh kalian merugi telah mengatakan aku gombal! Hihihihi....

BOLA



Bicara Bola

Untuk kali ini aku ingin ngomongin soal bola. Ya, si kulit bundar itu. Tapi, aku tak mau ngrasanin si Drogba, Kaka, Ronaldinho, Raul, atau si Maman, Hendro Kartiko, Bambang Pamungkas, dan si Bendol yang baru saja kepilih jadi pelatih tim nasional senior.

Kebetulan ini blog-ku, dan aku pengin aktif ngeblog lagi, jadi aku bener-bener mau ngomongin soal diriku saja. Yah, si Turyanto sorangan yang kini lagi mutar-muter kayak bola. Bolak-balik kayak setrikaan, dan guling-guling kayak kuda lumping.

Lho, mengapa bisa jadi begitu? Gak taulah! Soalnya pikiranku lagi melayang-layang. Terbang. Muter. Guling. Hmmmm....coba ada punting beliung. Pasti aku bisa menikmatinya tanpa susah-susah mirip-miripin bola, setrikaan, dan kuda lumping.

Tapi, betul! Aku lagi merasa seperti bola. Ditendang. Dioper. Digiring. Dikocek. Ditangkep. Dibuang. Dan, wuuuuusssssss!!!Wusssss!!! Grepaaaakkkkk! Natap tembok, besi gawang, dan jaring yang bikin puyeng nglinding-glinding!

Halah! Bukannya gara-gara bola itu orang jadi ribut. Tawuran. Nesu. Gulet. Adu pukul. Saling tendang. Tepuk-tepuk. Sorak-sorak dan jerit-jerit! Ups! Ada lagi, inget lho...gara-gara bola juga, ada yang meringis mata duitan.

Ya, pokoke itu yang sedang aku alami. Seperti itulah! Aku sedang jadi bola. Glinding terus!!!!!