Tuesday, June 17, 2008

kreatif

Sedikit Saja!

Dalam sebuah perjalanan ke Merak, saya bertemu orang yang benar-benar menurut saya sok tahu. Dia mengajak saya main tebak-tebakan, yang sebenarnya jawabannya cukup mudah untuk diterka.

Coba bayangkan, dia bertanya ke saya:
"Mas ada seekor kodok. Dia akan melompati sebuah kolam yang jaraknya
5 meter. Sekali melompat kodok itu mampu menempuh jarak 1 m. Jadi
coba, berapa kali lompatan yang dia butuhkan untuk menyebrangi
kolam itu?"
"Ah, gampang!"
"Ayo, berapa?
"Ya, tinggal tambahkan saja toh. Pasti lima lompatan lah!"
"Wah, salah!"
"Lho...? Apanya?"
"Ya itu! Pokoknya salah!"
"Lha, apanya?"
"Kodok itu kan memang melompat, tapi kalau di air dia berenang. Jadi
dia cukup dua kali melompat. Turun dan naik. Selanjutnya berenang!"

Wah, busyeettt! Saya jadi bingung sama orang satu ini. Saya yang sudah gede begini dan masih hapal betul rumus statistik dan fisika dikibuli soal angka dan logika sama orang yang menurut saya sok tahu itu!

Tapi, upssss...bukankah gara-gara acara kibul-kibulan itu orang sulit ditunjuk mana yang salah dan mana yang benar? Dan lebih lagi, gara-gara angka itu orang jadi hatinya gelap? Sulit berucap? dan suka berlogika kalap? Lantas berbisik: "Sttt...ini angka sekian jeti untuk bikin logika publik! jangan bilang-bilang yah!"

Sekarang coba pikirkan lagi! Lantaran logika angka, Mulyana yang mestinya cuma tinggal satu kali lompat harus terjerat? Lalu, Hamid Awaluddin juga ikut-ikutan berlogika, kalau angka yang dia dapat itu dibagi bagi?

Parah lagi, Madiri jadi sok sigap ikutan menghilangkan angka-angka itu? BRI bilang, TI itu tak bermasalah. Angka proyeknya bener kok! Coba lihat saja. Ga ada yang salah menulis angkanya. Tapi, saat logika di pakai, Lho???.....

***

Berbicara masalah angka ini, adik saya Rio yang kelas 6 SD pernah jengkel gara-gara dapat angka sedikit. Lantas, dia juga pernah sok hebat gara-gara angka sedikit juga.

Begitu pula sebaliknya, Rio selalu berjingkrak dengan angka banyak, tapi akan menangis dengan angka banyak juga. Lho? Jadi ada apa dengan angka sedikit dan banyak itu bagi Rio?

Coba sekarang kita bicarakan. Rio akan jengkel dengan angka sedikit tentu bila jatah uang jajannya dikurangi. Nilainya di bawah lima atau jatah kueh dan makanannya di ambil saya. Tapi, Rio yang bungsu itu juga akan sok hebat bila angka yang didapatkannya "nomor satu" di rapot, lomba pidato, atau bulu tangkis.

Terus Rio juga harus berjingkrak bila jatah uangnya besar dan nilai ujiannya besar. Tapi dia mesti menagis kalo peringkatnya di bawah sepuluh besar.

Walah...jadi sebenarnya baiknya dapat angka sedikit atau besar? Tentu jawabnya berbeda-beda. Kalau anggota dewan yang bilang pastilah: gajinya diperbesar. Kalau bisa sampai gaji ke enam belas. Tunjangannya ditambah. Lalu semua intensifnya jangan dikurangi.

Dan, anggota dewan tak pernah mau mendapatkan yang sedikit. Sebab rapat tidak sah bila kurang dari setengah ditambah satu. Rapat fraksi selalu gagal bila yang hadir cuma satu. Parahnya lagi, meskipun proyeknya hanya satu tapi harus sah bila dibagi banyak...!

Lantas, kalo presiden selalu pidato: Indonesia ini banyak pulau! Jangan dibagi-bagi lagi! Karena negara yang besar ini akan disegani bila kita bersatu.

Tapi, anehnya gara-gara orang yang banyak ini pengemis yang pernah saya temui selalu bilang: mas minta sedikit saja, biar saya bisa makan. Mas, bagi sedikit uang saja, untuk mengganjal perut hari ini. Mas...sedikit...saja!

***

Sebenarnya Rio mengingatkan saya akan perilaku bangsa ini. Kesenangan Rio dengan angka sedikit, bila ia mendapatkan prestasi. Lalu kegirangannya dengan angka besar itu muncul saat ia berhasil mengkorupsi angka belanjaan ibu yang banyak.

Duh...saya jadi bingung! Saya tak tahu lagi kalau bebicara masalah Indonesia yang banyak ini. Provinsinya banyak, pejabatnya banyak, penganggurannya banyak,angkatan kerjanya banyak, perangkat hukumnya banyak, aturan mainnya banyak, keluarganya banyak, dan naifnya korupsinya banyak juga! Mulai dari Rio hingga semua santero.

Mengapa Indonesia ini tak meniru kebahagiaan Rio saja? Yang suka bila dapat angka sedikit karena prestasi? Dan sedih dengan angka banyak akibat korupsi?

Dan kelas sosial itu terlalu banyak, hingga bagilah buat orang-orang yang berangka sial? Yang PAD banyak tapi selalu mengucur sedikit? Yang potensi wilayahnya banyak tapi selalu meminta sedikit saja....!